Music

Fanatic Fans

Posted on in Music · Random

Kemarin gue membaca fanzine (majalah fans – eh apa yah istilah terjemahannya? Ya gitu deh) sebuah band lokal. Isinya, ya seperti yang sudah diduga, cerita-cerita fans dari band itu, plus interview dengan salah satu personilnya. Dulu gue pernah membaca fanzine seperti ini, tapi tentang Westlife. Iya, dulu gue ngefans banget ama Westlife. Sekarang dibilang ngefans sih yaaa bolehlah, tapi nggak yang sampe bela-belain nonton konsernya kaya dulu.

Nah, pas baca fanzine itu, perasaan gue agak merinding dan terharu. Ternyata yang namanya fanatisme itu memang luas yah. Dan rata-rata sih sama aja. Mau fanatik terhadap aliran musik tertentu, artis tertentu, sampai agama tertentu. Suka banget banget. Memuja. Berusaha ngapain aja demi sang idola.

Shinhwa
Shinhwa, boyband Korea yang sampe sekarang gue masih ngefans.

Gue tau gimana rasanya ngefans mampus. Setelah wabah Westlife jaman SMA, pas kuliah gue lantas ngefans mampus ama satu boyband Korea, Shinhwa. Walaupun boyband ini udah lama nggak ngeluarin album, tapi sampe sekarang gue nggak malu kalo dibilang sebagai salah satu fans setianya. Dulu pas sekitar tahun 2003-2007, gue dan temen-temen gue beneran tergila-gila ama Shinhwa. Semua CD-nya dibeli, walaupun kudu nabung dan preorder di YesAsia/WOM Taman Anggrek. Atau nitip temen di Australia (karena jaman segitu CD impor dari Korea lama bener masuk Indonesia). Gue punya pernak-perniknya, mulai dari poster sampai wristband yang sama yang dipake para personilnya. Kalau diingat-ingat, masa-masa itu menyenangkan sekali. Bareng-bareng ama temen ngegosipin artis idola kita, nonton DVD konser rame-rame, sampe join ke forum-forum dan bikin blog.

Panggung Kickfest
Pemandangan ribuan orang fans udah bergerombol menunggu band idola naik ke atas pentas di panggung Kickfest.

Sekarang, setelah gue melewati masa-masa euforia ngefans mampus itu, gue membaca sebuah fanzine yang menceritakan bagaimana fans-fans sebuah band lokal ini juga melakukan hal-hal yang sama seperti yang gue lakuin dulu. Tapi yang bikin gue terharu, mereka ini ngefans ama sebuah band lokal. Lokal banget, yang kayanya sih ga semua orang Indonesia juga tau. Tapi aliran musiknya dan entah apanyalah gitu yang bikin orang-orang ini beneran cinta mati ama band ini. Nggak sekelas Westlife, atau boyband Korea, tapi mereka rela jauh-jauh terbang melintasi pulau demi nonton konsernya. Ngantri desek-desekan demi beli tiketnya, kalo perlu lewat calo atau manjat pager. Beli merchandisenya. Bahkan menurut temen gue, fans fanatik mereka udah nganggep mereka semacam nabi. Gila gak tuh.

Semakin gue dewasa (halah), gue semakin menyadari bahwa idola kita – siapapun/apapun itu, nggak mungkin sempurna juga. Karena kesempurnaan kan hanya milik Tuhan yah. Boyband idola gue kadang suka fals kalo nyanyi. Ustadz ABC itu juga punya istri dua (yang ketauan). Dan band lokal ini, uhmm karena kebetulan gue kenal sama personel-personelnya, menurut gue sih mereka biasa aja gitu, kaya cowo-cowo pada umumnya. Kadang garing, kadang keren. Kadang keliatan kaya preman, kadang agak cakepan dikit.

Mengetahui bahwa di belahan lain dunia ini ada manusia-manusia yang memiliki perasaan fanatis, itu rasanya mengharukan. Bikin merinding buat gue. Gue nggak tau apakah itu bakal menjadi beban atau nggak buat sang idola, tapi ngefans itu berarti suka, dan rasa suka itu positif kan? Siapa sih yang nggak suka kalau disukai orang. Makanya gue ngerti banget perasaan para fans fanatik itu.

Selama perasaan fanatisme kamu nggak mengganggu – baik mengganggu orang lain, idola kamu, dan diri kamu sendiri, gue pikir itu sesuatu hal yang positif. Lebih bagus lagi kalau menguntungkan. Misalnya, ngebantu si idola untuk lebih ngetop. Jangan jadi fanatik yang malah ngerugiin. Misalnya fans klub sepakbola tertentu yang tiap nonton pertandingan buntutnya tawuran antar suporter. Atau pendukung fanatik agama tertentu yang ujung-ujungnya ngerugiin agama lain – dan malah jadi bikin jelek nama agamanya. Nggak okelah kalo gitu caranya.

Emang sih, yang namanya fanatisme berlebihan itu nggak baik. Tapi, ya itu tadi kaya yang gue bilang. Selama nggak ngerugiin siapa-siapa, dan bikin kita bahagia, menurut gue sih sah-sah aja.
Dan buat kalian para idola, hargailah perasaan fans kalian. Perasaan itulah yang bikin kalian tetep bertitel ‘idola’, walaupun mungkin hanya dalam hati segelintir orang. Tapi disukai oleh orang itu menyenangkan lho 🙂

7 Replies to “Fanatic Fans”

  1. makasih, udah ngangkat topik ini 🙂 Gue rasa kebahagiaan terbesar buat fans sejati itu… saat tahu apa yang kami lakuin tuh bermanfaat positif buat idola kami, kalo kami bisa bantu idola kami (entah dengan cara apa), apalagi sampai dapet pengakuan dan ucapan terima kasih dari idola kami. 

    Dan kalo boleh nambahin, masa terberat buat fans sejati itu bukan saat idola kami seolah tidak mengakui keberadaan kami, seolah mereka jauh dan tak terjangkau, saat idola kami mengecewakan kami, atau saat para antis dan dunia mencecar idola kami, bahkan bukan saat perasaan kami tidak dipahami orang lain, tapi saat kami merasa tidak bisa melakukan apapun untuk membantu idola kami yang tengah kesulitan. 🙂

  2. Jadi kamu sebenernya ngefans ke mana? Ke KOIL, Shinwa (eh kayak nama merk doosgrip ngga sih?) atau… Westlife? Kamu lebih cocok nge fans ke 3 Man-traaaaaa :)))))

  3. tolong korek saya jika salah, tapi “fanatisme yang ga mengganggu”  itu sama anehnya kaya “kebebasan yang bertanggung jawab” dan “pahlawan tanpa tanda jasa”. Wagu. Fanatisme itu pasti mengganggu dan bikin si fanatik dijauhin temennya karena dianggap obsessed -nearly possessed- pada idolanya.. *curhat* 

    Dan untuk merespon Nana, menurut saya masa terberat buat fans itu saat mengetahui bahwa sang idola adalah juga, hanya manusia (berdasarkan pengalaman ngefans berat sama band metal lokal, punya semua rilisan, punya semua merchandise, langganan dateng ke show mereka, membayar HTM dengan senang hati dan pulang dengan suara serak karena adalah WAJIB untuk singalong sepanjang set, lalu tiba-tiba harus menyaksikan personilnya jongkok makan bakso di trotoar… yikes..) *lagi-lagi curhat* 

    Ada backsound “KROMPYANGGG!!” super kenceng yang akhirnya membuat saya memutuskan untuk tidak usah terlalu “pengen deket” sama artis lokal (kalo masih pengen dijadikan idola).

    Demikian. HIDUP SHINWA!!!! 

    ps: Sooyoung i <3 u

    • Sebenernya sih beda tipis antara dijauhin temen2nya karena obsessed, atau malah dideketin segerombolan manusia yang sama fanatiknya dan sama2 possesed pada idola nya….

      Dan masa terberatmu mendapati sang idola lagi jongkok makan bakso itu emang miris, nak.
      Tapi kalo gue sih gue justru bakal ingin lebih dekat lagi, kalo bisa minta baksonya. Dan janjian buat nyobain bakso di tempat lain – dia yang bayarin, tentunya.

      Sayang Shinhwa jauh jadi ga bisa gue palakin juga.
      Hidup Fans!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *