Random

Air Terjun Madakaripura, The Hidden Paradise

Posted on in Random · Travel

Hari ke-3 liburan di daerah Bromo-Tengger, masih menikmati sejuknya udara pegunungan dan pemandangan yang super keren. Pagi ini rencananya kami bakal ke tempat air terjun Madakaripura. Jadi setelah sarapan sekitar pukul 10 pagi, kami langsung beres-beres dan check out dari hotel, memasukkan semua barang-barang bawaan kami ke dalam mobil sewaan. Lalu kami turun deh menuju tempat air terjun.

Air terjun Madakaripura ini letaknya nggak jauh dari pintu masuk taman nasional Bromo-Tengger, sekitar 40 kilometer sebelumnya lah. Masih di Probolinggo juga. Makanya pas banget kita rencanakan pergi di hari terakhir karena sekalian jalan turun gunung. Pemandangan turun gunung ini tampak menakjubkan, mengingat pas berangkat kemarin kan udah gelap jadi nggak begitu keliatan hehehe.

Patung GajahMada ini menyambut begitu memasuki kawasan wisata Madakaripura
Patung GajahMada ini menyambut begitu memasuki kawasan wisata Madakaripura

Sekitar satu jam kemudian, kami sampai deh di kawasan wisata air terjun Madakaripura. Di bagian depannya ada patung Patih Gajah Mada Gede banget. Tau kan siapa Gajah Mada? Salah satu orang beken dari kerajaan Majapahit jaman dulu, googling aja deh. Nah konon katanya, air terjun ini adalah tempat Gajah Mada dulu bersemedi sampai akhir hayatnya. Udara di kawasan air terjun ini nggak sedingin di puncak seperti kemarin (mungkin karena udah siang juga sih ya), tapi tetep sejuk dan seger banget udaranya.

Kalau datang ke kawasan wisata air terjun ini, musti pinter-pinter nawar, dan kalo bisa sih sama pemandu lokal. Soalnya kalo nggak, para pemandu di daerah sini bakal minta bayaran yang ajegile mahalnye. Yah maklum namanya juga tempat wisata, kadang para pemandu suka menggetok harga tinggi ke wisatawan terutama yang dari mancanegara. Akhirnya setelah tawar-menawar, kami sepakat di harga Rp 130,000,- untuk satu orang pemandu. Eits, hati-hati ya karena kadang ada pemandu lain yang mau ikutan memandu rombongan kita, dan itu nanti juga musti dibayar. Jadi lebih baik dari awal ditegaskan dulu kalau kita hanya butuh satu orang pemandu.

Jalan masuk menuju lokasi air terjun ini sekitar 2-3 kilometer jalan kaki dari tempat parkir, jadi siap-siap dulu nih. Kami pake celana pendek, sendal jepit dan sepatu waterproof karena nanti bakal melewati / menyeberangi beberapa sungai kecil, dan bawa air minum untuk bekal di jalan. Karena jalanannya bakal naik-turun bebatuan, buat anak kota macam gue yang nyaris nggak pernah olahraga sih pasti bakal bikin ngos-ngosan banget. Tapi di sepanjang jalan menuju lokasi air terjun sih ada beberapa waung-warung kecil tempat istirahat yang menyediakan makanan dan minuman, jadi nggak usah takut kehabisan bekal di jalan.

Musti turunin tebing dulu sebelum menyeberangi sungai
Musti turunin tebing dulu sebelum menyeberangi sungai

Kami mulai berjalan santai diiringi bapak pemandu yang membantu kita bawa tripod, soalnya temen-temen gue juga sambil asik motret sana-sini sepanjang jalan. Walaupun judulnya santai, tetep aja ngos-ngosan naik turun bebatuan, melipir tebing, dan nyebrangin sungai hehehe. Asik banget sih pas menyebrangi sungai-sungai kecil, airnya jerniiih banget dan sejuk walaupun tetap musti ekstra hati-hati banget. Walaupun airnya cuma sebatas mata kaki atau betis, tapi arusnya lumayan deras dan bebatuannya licin karena lumut. Jadi kalo nggak hati-hati bisa kepleset atau kalo sial, sendal jepitnya bisa ilang kebawa arus, hehehehe.

Setelah beberapa lama berjalan dan melewati tiga atau empat sungai kecil, kami berhenti sejenak di sebuah warung yang menyediakan jas hujan. Loh, kenapa musti pake jas hujan? Ternyata perjalanan berikutnya kami musti melewati bagian bawah beberapa air terjun kecil sebelum mencapai air terjun utama. Jadi kalo nggak pake jas hujan atau jaket tahan air ya bakal basah kuyup. Yaah, tau gitu kan tadi gue pake aja jaket waterproof yang gue tinggal di dalam mobil. Monika dan Virgo pake jaket mereka, sementara gue, Vero dan Wowo akhirnya meminjam ponco / jas hujan dari si ibu pemilik warung. Temen-temen gue juga mulai membungkus kamera-kamera mereka dengan plastik – kecuali kamera waterproof Monika. Yes, mari kita lanjutkan perjalanan!

Ternyata perjalanan melewati air terjun-air terjun kecil ini sangat menyenangkan. Rasanya seperti memasuki tempat rahasia karena jalanannya berupa lorong dengan aliran sungai yang diapit tebing hijau dan air terjun tinggi. Nggak kecil juga sih air terjunnya, makanya pas kita jalan di bawahnya lumayan keguyur basah kuyup kalo nggak pake jas hujan. Belum lagi percikan air terjun yang memantul di dinding tebing. Dingin!

Gue tampak seperti kurcaci di deket kolam di bawah air terjun Madakaripura. Liat deh, air terjunnya gede banget ya!
Gue tampak seperti kurcaci di deket kolam di bawah air terjun Madakaripura. Liat deh, air terjunnya gede banget ya!

Nggak lama setelah melewati air terjun-air terjun kecil itu, akhirnya sampai juga kami di ujung sungai ini, yang berupa ceruk besar melingkar. Di sinilah lokasi air terjun utama Madakaipura yang memuntahkan airnya ke kolam besaaaarr dengan air berarna biru kehijauan. Ya Tuhan, air terjun ini tinggi banget! Ketinggian air terjun ini sekitar 200 meter, atau yang sering dikenal sebagai air terjun tertinggi kedua di Indonesia (yang pertama tertinggi adalah air terjun Sigura-gura di Sumatra). Pemandangannya keren banget, dengan sinar matahari yang menembus tirai air terjun dan tebing dengan lumut hijau. Airnya juga berwarna jernih kehijauan yang bikin merinding, karena nggak tau deh berapa dalamnya bagian tengah danau itu. Nah di dinding tebing di sela-sela air terjun itu, ada sebuah gua yang konon di situlah tempat Gajah Mada dulu bersemedi. Buset, gimana caranya bisa naik ke situ yak? Yah kalo menurut cerita bapak pemandu sih, dulu (duluuuu… banget, sekitar 700 tahun yang lalu) jamannya Gajah Mada, nggak setinggi ini air terjunnya… jadi masih bisa dijangkau. Atau yah, kan konon katanya orang jaman dulu sakti-sakti yah, jadi mungkin aja sih mereka terbang, hehehe. Ala-ala di sinetron-sinetron Majapahit gitu.

Sementara teman-teman gue mendaki bebatuan di pinggir tebing untuk mengambil gambar air terjun lebih baik, gue memutuskan untuk bermain-main di pinggiran danau yang masih cetek airnya. Airnya dingin bangeeett! Karena gue nggak bisa berenang, jadi gue nggak berani jalan jauh-jauh ke tengah hehehe. Dari pinggiran danau ini aja rasanya menakjubkan banget liat ke atas, air terjun yang hembusan guyuran airnya bikin gue kedinginan dan agak terpercik juga.
Seru!

Gue juga lalu naik ke tebing bebatuan tempat temen-temen gue lagi asik memotret. Monika sempet bikin video gue yang bergaya ala-ala traveling show host – tapi gagal – dengan latar belakang suara gemuruh air terjun dan improvisasi tanpa script yang lumayan memalukan, tapi kalo nonton video ini sih jadi pengen ke sana lagi hihihihi.

Wajah-wajah geng Boentjits kecapean trekking tapi sumringah :D
Wajah-wajah geng Boentjits kecapean trekking tapi sumringah 😀

Oiya, waktu kami sampai di air terjun utama ini, nyaris nggak ada pengunjung lain selain gue dan temen-temen gue. Emang sepi sih, jadi puas banget motret dan main-main tanpa terganggu (atau mengganggu) pengunjung lain. Nggak berapa lama baru deh ada beberapa rombongan wisatawan lain. Mungkin karena bukan akhir pekan, ya, ini hari Senin. Nggak tau deh kalo weekend gimana ramenya. Tapi yah semoga keindahan lokasi dan kebersihannya tetap terjaga sih.

Setelah puas memotret dan bermain air, kami memutuskan kembali ke mobil. Perjalanan menembus tirai air terjun lagi, dan kami berhenti di warung tempat kami meminjam jas hujan tadi untuk beristirahat sejenak. Wah, enak banget rasanya bisa minum kopi panas dan makan pisang goreng hangat setelah jalan naik turun plus kedinginan keguyur air. Bahkan kami juga memesan indomi rebus pake telor yang rasanya nikmaaattt banget hehehe… Maklum cape dan kelaparan.

Salah satu minuman ternikmat di dunia, yaitu minuman hangat setelah cape & kedinginan
Salah satu minuman ternikmat di dunia, yaitu minuman hangat setelah cape & kedinginan

Oya, kami sempat bertemu dengan seorang turis bule (Australian, kayanya?) yang hendak menuju air terjun utama. Kami sarankan untuk melindungi kameranya dengan plastik dan dia juga meminjam jas hujan dari ibu pemilik warung. Dia bertanya, “How’s the view there? Is it worth the journey?” Yes! Sangat memuaskan dan sepadan dengan cape jalan naik turunnya. Tampaknya sih turis bule itu jadi semakin semangat untuk meneruskan perjalanan ke air terjun utama, hehehe.

Akhirnya kami kembali ke tempat parkir mobil dan beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke airport. Di area parkir ini banyak warung-warung makan, ada masjid kecil juga untuk sholat dan toiletnya cukup bersih. Karena hari sudah semakin sore, dan harus mengejar pesawat kami yang akan membawa balik ke Jakarta dan Bandung, jadi dari Probolinggo kami langsung cabut menuju Bandara Internasional Juanda. Huahhh…. puas rasanya liburan ini!

Gue sih berharapnya tempat-tempat wisata di Indonesia – seperti kawasan gunung Bromo tengger dan air terjun Madakaripura ini – semakin dibagusin dan dipelihara kebersihannya ya, biar sungai dan air terjunnya tetep bagus. Tempat ini udah kaya surga tersembunyi, yang keindahannya baru keliatan kalo kamu menempuh perjalanan dulu. Mungkin setelah banyak dipublikasikan (termasuk di blog post ini) nanti jadi semakin banyak orang yang tahu tentang air terjun Madakaripura ini. Bagus sih jadi wawasan wisata Indonesia bertambah… Asal jangan lupa untuk tetep memelihara kebersihan dan lingkungannya ya. Iya, ini himbauan buat kalian para pembaca blog, pemerintah daerah, dan buat kita semua yang sudah seharusnya menjaga tempat-tempat wisata apalagi yang negara kita miliki.

Nah, begitulah cerita liburan gue dan temen-temen ke kawasan wisata Bromo-Tengger selama tiga hari. Nggak perlu jauh-jauh ke luar negeri untuk menikmati keindahan alam, kalau mau sih bisa coba jelajahi dulu tempat-tempat keren yang dekat dengan rumah kita. Gue sih mau banget ke sana lagi kalau ada kesempatan nanti. Sukur-sukur pengelolaannya udah jauh lebih keren.
Yuk liburan lagi! 😀

Inilah air terjun Madakaripura setinggi 200meter itu. Photo by Monika Suryadi
Inilah air terjun Madakaripura setinggi 200meter itu. Photo by Monika Suryadi

One Reply to “Air Terjun Madakaripura, The Hidden Paradise”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *