Cara Kita Menjaga Nasionalisme Jaman Now
Sebagai warga negara Indonesia, saya bangga sekali tinggal di negara tropis yang subur dan menjadi salah satu negara tujuan wisata banyak warga dunia ini. Kenapa? Karena di negara ini saya bisa mendapatkan banyak hal yang saya inginkan : mulai dari makanan-makanan enak, pendidikan yang memadai, tempat-tempat wisata yang bagus, sampai warung-warung kecil yang menjual kecap sachetan (percayalah, kamu bakal susah nemuin warung kaya gini di luar negeri). Tapi bangga terhadap Indonesia bukan berarti saya bisa seenaknya aja melihat segala hal terjadi tanpa perbaikan dari waktu ke waktu. Karena dunia kita berubah setiap harinya, penduduk bertambah, dan tentu saja tetap perlu penyesuaian-penyesuaian dan perhatian agar negara yang saya cintai ini tetap kondusif.
Hal inilah yang tempo hari dibahas oleh Bapak Ketua MPR RI Zul Hasan dan para netizen alias blogger-blogger di acara Ngobrol Bareng MPR RI di Hotel Aston Tropicana, tanggal 11 Desember 2017 kemarin. Kenapa Ketua MPR sampai repot-repot berdialog dengan para blogger? Karena blogger adalah netizen – warganet – yaitu orang-orang yang aktif di dunia maya, tempat berbagai macam opini dan berita (baik yang nyata maupun hoax) berkembang. MPR percaya bahwa netizen memiliki kekuatan untuk menggerakkan opini masyarakat, menjaga keamanan dan kesatuan bangsa melalui media sosial dan pemberitaan yang baik. Yah, hal itu kan yang paling dibutuhkan jaman now?
Kalian pernah menyadari nggak sih, kalau masyarakat (termasuk kita-kita) ini paling gampang termakan berita buruk ketimbang berita baik. Kalau ada berita buruk, cepet banget bereaksinya, daripada menganalisa dulu, memahami dari sudut pandang lain, dan mengecek kebenarannya. Apalagi kalo dapetnya dari sebaran di media sosial, seperti broadcast WhatsApp atau meme di Facebook. Apalagi kalo topiknya udah menyinggung masalah SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan). Wuiihh kecepatan jempol dalam reshare bisa lebih cepet daripada kemampuan otak buat mencerna isi berita. Kan dodol ya. Orang-orang yang sebenernya cerdas di dunia nyata, bisa jadi sembrono dan pendek akal di dunia maya. Nah, hal-hal kaya gini ini lah yang sebenernya mengancam nasionalisme kita.
Padahal seharusnya sudah menjadi tugas kita semua untuk menjaga pemberitaan yang baik, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Waspada akan adanya berita-berita hoax, atau hal-hal yang dapat memecah belah bangsa. Bukan cuma tugasnya MPR, atau presiden, atau siapapun yang kamu anggap berkuasa di Indonesia ini. Tapi tugas kita, warga negaranya sendiri. Indonesia ini kan terdiri dari banyak suku, pemeluk agama, pendatang, dan orang-orang yang satu sama lain memiliki perbedaan. Dan ini sudah begini adanya sejak jaman dahulu kala banget. Kalau dulu kita gampang banget terpecah-belah oleh hasutan penjajah, masa jaman sekarang kita masih mau dibodohi oleh kelompok yang memiliki kepentingan sih. Coba cek aja beberapa pemberitaan terakhir yang semakin banyak dinyinyirin dan bikin ribut di media sosial. Penting nggak? Nggak lah. Tiap orang punya opini masing-masing, punya pilihan masing-masing. Tugas kita adalah menyaring informasi, dan menghormati orang lain. Yang terakhir ini susah yaaa, biasanya kalah sama ego dan nafsu (dan duit). Ujung-ujungnya, ada yang nyesel. Hehehe. Penyesalan di kemudian hari emang gak guna, tapi justru itulah saatnya kita jadi belajar untuk lebih bijaksana dan memahami kondisi negeri kita ini.
Yah, memang nggak mudah. Tapi setidaknya kita harus tetap berusaha, demi masa depan anak cucu kita nanti yang akan menikmati negara ini juga kan. Nggak perlu menyalahkan siapa-siapa, tapi lebih baik berkaca pada diri sendiri, apa yang bisa saya lakukan untuk menjaga nasionalisme saya dan keluarga. Nggak usah muluk-muluk mau menjaga nasionalisme satu kampung lah. Kalau kita bisa mengajarkan rasa cinta tanah air dan menghormati sesama kepada keluarga kita – ayah, ibu, anak, keponakan, atau pasangan kita, pastinya akan menular dan menciptakan kondisi yang lebih kondusif dan aman. Itu tujuan kita kan. Agar Indonesia kita menjadi rumah yang nyaman untuk kita semua. Agar anak cucu kita – seperti saya sekarang ini – juga bangga tinggal di negara ini. Ini baru Indonesia!
Yuk ahh, moga sebagai onliner bisa menyerap berita negatif yang datang yaa.
Btw aku gagal pokus sama cerianya anak2 di poto ituuh *haha yang kebya oren lucuu
Hihihi iya teh, itu pas aku di Bali kemarin main ke sekolah SD pas ada perayaan bulan mati jadi semua murid pake baju Bali 😀
Setuju, Teh. Bangga pada negeri sendiri bukan berarti “right or wrong is my country”. Kalo wrong atuhlah kudu dibenerin.