Random

Berburu Bintang Ke Taman Nasional Bromo Tengger

Posted on in Random · Travel

Kalau kamu sekolah di Indonesia, sejak jaman SD pasti udah belajar tentang tempat-tempat wisata terindah di negeri ini. Salah satunya yang pasti disebutkan adalah Gunung Bromo. Nah masalahnya, sejak jaman SD sampe sebulan yang lalu, gue belom pernah ke Bromo, hehehehe. Makanya geng Boentjits alias gue, Monika, Vero, Virgo, dan Wowo akhirnya merencanakan kembali acara jalan-jalan kita kali ini… yaitu ke Bromo! Horeee!

Monika dan Vero sih pernah ke Bromo dua tahunan yang lalu. Jadi setidaknya mereka udah tau lah ya musti kemana-mana dan ngapain aja. Tetep aja sih, kita musti pinter-pinter memilih penginapan dan paket tur yang sesuai dengan budget. karena yang namanya tempat wisata – apalagi yang ngetop di kalangan wisatawan mancanegara juga, kalo nggak banyak cari tahu ntar harganya bisa melonjak tinggi. Untungnya gue sempet tanya-tanya ke Simbok Venus dan beliau memberi kontak pemandu yang oke punya. Ihiy makasih ya Mbok! 😀

Beberapa bulan setelah direncanain, termasuk pesan tiket pesawat dan penginapan, akhirnya tanggal 18 Agustus 2014 kemarin kami berangkat juga. Gue, Vero, dan Wowo naik pesawat dari Bandung, sedangkan Monika dan Virgo naik pesawat dari Jakarta menuju tujuan yang sama, yaitu Surabaya. Untungnya jam penerbangan kami sama, jadi nyampe Surabaya juga hampir barengan hehehe. Berangkat pukul 11.05 siang, kami sampai di bandara Juanda Surabaya sekitar pukul 12.20 siang. Beda lima menitan lah sama rombongan Jakarta. Berhubung anak-anak geng Boentjits ini para tukang poto (kecuali gue), jadi bawaannya banyak bener hahaha.

Di Bandara Juanda, kami dijemput oleh mobil yang akan mengantar kami sampai Bromo. Dari Surabaya ke Bromo (Probolinggo) itu memakan waktu sekitar 4 jam perjalanan lho. Jadi setelah kita sempat mampir di Sidoarjo untuk makan siang (sebenernya sih kita mencari KFC atau McDonalds tapi berhubung supirnya salah jalan jadi udah keburu masuk tol, yaudah dapet seadanya aja) lalu kita menembus kemacetan jalan raya Porong sampai ke jalanan berkelok-kelok di Probolinggo memasuki kawasan Bromo-Tengger.

Gapura kawasan wisata Bromo Tengger
Gapura kawasan wisata Bromo Tengger

Sekitar pukul 6 sore kami akhirnya sampai di kawasan wisata Bromo-Tengger. Penginapan kami yaitu Hotel Bromo Permai kebetulan letaknya persis di sebelah pintu gerbang masuk kawasan Bromo, jadi paling ujung. Setelah hotel kami, udah nggak boleh ada kendaraan pribadi yang bisa masuk. Kalo ke atas musti pake jeep yang dikelola oleh penduduk asli Bromo-Tengger situ. Setelah beberes, mandi, dan ganti baju, kami jalan keluar hotel untuk makan di beberapa rumah makan yang ada di sekitar situ. Udara pegunungan emang beda ya! Dingiiiinn! Hehehehe malam itu dinginnya baru sekitar 16 derajat Celcius sih, jadi masih berasa kaya AC aja.

Pukul 11 malam, rombongan kami dijemput oleh pemandu untuk menuju Bukit Mentigen. Bukit ini adalah spot untuk memotret bintang, yah kan kita para tukang poto semua (kecuali gue sih). Untungnya hari itu nggak ada siapa-siapa selain kami yang mau motret bintang, jadi sepiiii asik banget deh hehehe. Nanjaknya sih nggak seberapa, tetapi sebagai manusia kota yang jarang olahraga, mayan ngos-ngosan juga sih nanjak bukit di ketinggian 2,200m DPL hehehe.

Tetapi pemandangan yang super keren di atas bukit ini bikin kami super girang. Langitnya bersih banget! Taburan bintang udah kaya foya-foya bubuk glitter di atas karpet. Garis Bima Sakti (gugusan bintang) di atas kepala tampak jelas sekali. Waaahh pemandangan seperti ini nih yang nggak bakal ditemukan di kota besar yang ramai dan banyak lampu. Di bawah hamparan bintang itu, tampak bayangan trio gunung di area Tengger, yaitu Gunung Bromo dengan kawah yang mengepul, Gunung Batok, dan Gunung Semeru yang menjulang. Berjam-jam kami di atas bukit Mentigen, memotret bintang, bahkan sempet masak spaghetti (iya Wowo bawa kompor yang buat kemping gitu), dan leyeh-leyeh memandang langit sambil menahan dingin yang makin lama makin menggigit. Sekitar jam 2 pagi tuh dinginnya udah 10 derajat, sodara-sodara! Untungnya pemandu kami, mas Eko, orangnya baik banget dan ramah, jadi kita banyak ngobrol juga sama beliau.

Gue dengan latar belakang langit berbintang, dan bayangan kawah Bromo dan Gunung Batok. Aseli bukan editan. Photo by Monika Suryadi.
Gue dengan latar belakang langit berbintang, dan bayangan kawah Bromo dan Gunung Batok. Aseli bukan editan. Photo by Monika Suryadi.

Sekitar pukul 3-4 pagi, kami dijemput oleh jeep yang kemudian mengantar kita ke Puncak Pananjakan I. Pananjakan ini adalah spot untuk melihat sunrise. Musti buru-buru, soalnya walaupun bukan hari libur, tempat itu bakal dipenuhi oleh semua turis yang pengen lihat matahari terbit dari pegunungan Bromo. Melewati jalan berkelok-kelok dengan jeep yang melaju kencang, udah nyaris ngantuk sih sebenernya tapi deg-degan juga soalnya nggak bisa lihat apa-apa di sisi jalan yang sebenernya jurang, hahaha. Mendingan nonton video dangdut di layar LCD mobil jeep aja deh hehehe. Nggak lama kok, perjalanan sekitar 20-30 menitan.

Begitu kita turun dari mobil, whiiiiiii dingiiinn beneeerrr! Hahahaha gile anginnya bisa bikin hidung langsung beku. Yah sekitar 8 derajat lah. Maklum kita udah ada di ketinggian sekitar 2,300m di atas permukaan laut, pas musim panas pula. Banyak orang-orang yang menawarkan sewa jaket dan mantel panjang, tapi gue sendiri udah pake baju tiga lapis. Mayan lah. Naik ke area Pananjakan itu lhooo yang beneran bikin nafas tersengal-sengal. Udah nanjak, dingin pula!

Bener aja kan, pas kami nyampe di Pananjakan, tempat itu langsung penuuuhh oleh turis baik lokal maupun mancanegara yang berdesakan mencari spot paling oke. Tim fotografer langsung pasang tripod di paling depan. Gue? Duduk di belakangnya ajah sama mas Eko berusaha untuk nggak menggigil kedinginan sambil mengatur napas yang masih kembang kempis. Menjelang matahari terbit tempat ini menjadi semakin penuh, bahkan beberapa turis bule mulai mendesak-desak buat ngambil foto. Agak kesel sih, tapi yah namanya juga tempat penuh, mau gimana lagi. Langit sudah mulai berwarna biru tua berbayang abu-abu kabut di antara pegunungan, pertanda sebentar lagi matahari akan muncul naik perlahan-lahan.

Penantian akhirnya terbayar lunas dengan kemunculan semburat warna pink, dan akhirnya bulatan oranye menyala dengan garis cakrawala merah itu muncul juga dari balik pegunungan. Edan…… bagus banget pemandangannya sampe semua terpana. Kapan kamu pernah memandang matahari terbit sedemikian sempurna? Sekarang gue bisa bilang, gue pernah! Hahahaha. Berhubung gue cuma bermodal kamera henpon, jadi poto matahari terbitnya saya colong dari poto neng Vero ya.

Sunrise in Bromo
Sunrise in Bromo
View of bromo area from Dingklik. Photo by Veronika Somali
View of bromo area from Dingklik. Photo by Veronika Somali

Setelah puas berfoto dengan latar belakang pegunungan Bromo yang masih segar langitnya, kami turun ke area warung-warung di sekitar Pananjakan sejenak. Pukul 7 pagi, jadi perut udah mulai keroncongan hehehe. Makan gorengan dan minum kopi anget dulu deh, walaupun dinginnya udah berkurang, tapi tetep aja masih dingin. Nggak lama, kami bergerak lagi. Kami menuju Savanna di padang Bromo. Berhubung bau belerang yang menyengat pertanda kawahnya sedang bergolak, agak riskan sih untuk melongok ke kawah Bromo. Lagipula, kami udah terlalu beler untuk nanjak-nanjak atau naik kuda…. Jadi kami memutuskan untuk nggak usah naik ke kawah Bromo. Kita lanjut acara motret-motret aja ke padang rumput Savana dan lautan Pasir Berbisik. Oiya, pemandu kami Mas Eko yang oke banget itu memberitahu kami sebuah sudut yang bagus banget untuk memotret Bromo setelah kami meninggalkan Pananjakan. Nggak semua orang tahu tempat ini kayanya, tapi karena dia tau kalo kami tukang poto, jadi dibawalah kami ke Dingklik ini. Ihiy! Tempatnya sepi dan bisa leluasa memotret pegunungan dari pinggiran tebing.

Gue di padang rumput area Bukit Teletubbies. Rumputnya lagi kering
Gue di padang rumput area Bukit Teletubbies. Rumputnya lagi kering

Di padang rumput Savana, kami kembali memotret. Sebenernya tempat ini suka disebut sebagai Bukit Teletubbies, hahahaha mungkin karena bentuknya mirip kaya perbukitan yang muncul di film Teletubbies. Cuma kami agak males naik-naik ke bagian bukit yang lebih hijau, jadi kami main-main di padang rumput deket jeep kami parkir ajah.

Tujuan berikutnya adalah ke lautan pasir berbisik. Sebenernya tempat ini bernama Segara Wedi, alias lautan pasir hitam di kaldera Bromo. tetapi karena kalau angin bertiup maka daerah ini akan berbunyi wuuusshhh wuuusshh seperti bisik-bisik, juga tempat lokasi syuting film Pasir Berbisik yang sempet ngetop banget beberapa tahun lalu itu, jadi tempat ini tetap dikenal sebagai Pasir Berbisik. Ada apa di sini? Pasir! Hahaha. Lautan pasir hitam sejauh mata memandang, dipagari pegunungan. Langitnya berwarna biru cerah dan sedikit kabut mengambang. Untuk kami pake syal dan buff untuk menutup hidung, kalo nggak bisa sesak nih debu banget hehehe.

Berfoto bersama jeep merah!
Berfoto bersama jeep merah!

Setelah puas berfoto di pasir Berbisik, juga berfoto dengan jeep merah jagoan kami, baru deh sekitar pukul 9 pagi kita kembali ke hotel. Lho, ternyata hotel kami hanya 15 menit dari area Pasir Berbisik! Kami semua udah kaya zombie, cape banget, kurang tidur, tapi tetep sumringah.

Setelah sarapan di hotel jam 10 pagi, agenda kami selanjutnya adalah… tidur. Hahahaha… Beneran cape banget abis begadang dari kemarin kan. Untungnya hari ini nggak ada agenda khusus, jadi kami bisa leyeh-leyeh seharian di hotel.

Kami tidur siang sampai sore, dan baru keluar hotel jam 7 malam untuk makan malam di restoran dekat hotel. Rasanya malam ini lebih dingin dari sebelumnya deh, hehehe. Sehabis makan, kita kembali jalan-jalan di sekitaran hotel. Untungnya hotel kami kan paling ujung, jadi setelah hotel udah nggak ada apa-apa lagi selain tebing dan jalanan menuju puncak. Nah di sini nih area yang pas buat foto bintang lagi. Langit yang cerah membuat pemandangan di dekat hotel pun tampak keren sekali. Udah kaya poster sinetron Meteor Garden hahaha. Banyak banget bintang jatuh di sini, hampir tiap menit ada kali. Mau make a wish sampe pegel juga bisa tuh.

Look at the Milky Way!
Look at the Milky Way!

Berhubung malam semakin dingin, dan stok foto udah lumayan banyak, sekitar pukul 11 malam kita udah balik lagi ke hotel. Lumayan malam ini 11 derajat Celcius. Besok pagi kita bakal check out hotel, sambil mampir ke tempat air terjun.
Whihiy!

Masih ada lagi cerita tentang hari terakhir di Bromo. Ke mana? Baca blog post selanjutnya ya!

3 Replies to “Berburu Bintang Ke Taman Nasional Bromo Tengger”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *