Random

Diskusi Industri Kreatif Bersama JNE

Posted on in Random

Tahu gak kalian kalau Bandung itu udah dinobatkan sebagai kota kreatif oleh UNESCO? Naahh paling nggak sekarang tahu kan, hehehe. Yap, karena di Bandung ini kayanya penduduknya kreatif-kreatif banget ya. Nggak heran kalau pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia mendapatkan sumbangan besar dari Bandung.

Itu salah satu alasan kenapa salah satu perusahaan logistik terbesar di Indonesia, yaitu JNE, menggelar acara JNE Kumpul Bareng Kawan Pers Nasional (JNE Keren) dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD) pada tanggal 31 Mei 2018 kemarin. Seru nih! Saya beruntung bisa hadir di acara FGD ini jadi lumayan lah bisa menambah pengetahuan saya mengenai ekonomi kreatif.

FGD ini mengusung topik diskusi mengenai Bersaing Secara Global dengan Industri Kreatif. Tentunya ada para pakar yang menjadi pembicara dalam diskusi seru ini. Selain Bapak Eri Palgunadi, selaku VP Marketing dari JNE, ada Bapak Hendra Wibawa, Redaktur Bisnis Indonesia, bapak Setijadi selaku Chairman Supply Chain Indonesia, bapak Agung Suryamal, Ketua Kadin Jabar, Bapak Slamet Pamungkas, Kepala Subdirektorat Pengembangan Kota Kreatif dari Badan ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf), dan ibu Rimma Bawazier, seorang fashion enterpreneur yang juga ternyata seorang selebgram.

Para pembicara di FGD bersama JNE

Nah, para pembicara-pembicara ini memberikan beberapa insight alias masukan yang menarik buat saya. Karena saya sendiri juga terlibat dalam industri kreatif – baik sebagai blogger, juga sebagai pegawai sebuah startup IT – saya sadar kalau perkembangan teknologi sudah mendorong kita supaya lebih kreatif. Ya kan? Coba aja diingat-ingat. Sekarang kalau kita mau belanja, nggak perlu susah-susah ke pasar atau ke mall. Kalo mager alias males gerak, ya di rumah aja, tinggal buka aplikasi e-commerce, cari barang yang dipengenin, beli deh. Bayarnya tinggal transfer dari app juga. Dan itu bisa kita lakuin hanya sambil goleran di karpet ruang tengah atau sambil ngirisin bawang di dapur. Hehehe bener kan.

Teknologi ini juga yang mendorong munculnya UKM (usaha kecil dan menengah) di berbagai kota di Indonesia. Sekarang, siapapun bisa punya usaha. Ibu rumah tangga pun bisa ikutan jualan di berbagai situs e-commerce yang sekarang udah banyak, atau juga di platform social media seperti Facebook dan Instagram. Gampang. UKM-UKM inilah salah satu bentuk industri kreatif di negara kita, yang semakin lama semakin berkembang.

Di FGD ini, Bapak Slamet Pamungkas memberikan gambaran mengenai peran Bekraf di industri kreatif Indonesia. Jadi ada beberapa kendala di industri kreatif kita, antara lain:

  • Masalah sumber daya manusia, yang terkait dengan tingkat pendidikan
  • Pemasaran
  • Riset & edukasi
  • Akses permodalan, sehingga saat ini di Bekraf ada deputi akses permodalan untuk membantu para pelaku industri untuk mendapatkan akses modal
  • Infrastruktur, di mana masih banyak pelaku industri yang tidak mendapatkan infrastruktur yg mendukung di banyak tempat; dan
  • Regulasi, bagaimana peraturan-peraturan pemerintah yang masih kurang kondusif untuk perkembangan industri kreatif kita.

Wah ribet ya. Tapi tentu saja semua bisa dipikirin bareng-bareng solusinya. Di sinilah JNE juga ikut punya andil dalam memajukan industri kreatif di Indonesia. Seperti yang kita tahu sekarang ini, banyak UKM-UKM yang tumbuh di daerah-daerah terpencil. Oleh karena itu JNE berupaya untuk mengembangkan infrastruktur di wilayah-wilayah terpencil. Semakin banyak cabang-cabang JNE di kota-kota kecil di luar Jawa dan transportasi ke sana. Jadi misalnya nih, ada UKM di Kalimantan yang jualan kain tenun. Nah kita kan nggak usah jauh-jauh ke Kalimantan, cukup pesan online, dan barangnya akan dikirim oleh JNE dari sana langsung ke rumah kita.

Layanan JNE yang selalu mengantarkan kebahagiaan

Nah sekarang konsep JNE nggak cuma logistik aja, tapi juga lebih komprehensif dan menyeluruh. Gimana tuh maksudnya? Gini. Kita udah tau kan ya, kalau JNE mulai belajar untuk jadi marketplace juga, dengan membuka Pesona (Pesanan Oleh-oleh Nusantara) JNE yang menjual dan mengirim barang-barang oleh-oleh dari kota asal ke kota-kota lain. Jadi JNE ingin mengubah mindset orang yg melihat JNE, kalo mereka nggak cuma soal barang, tetapi juga mengantar kebahagiaan. Salah satu contohnya dengan membuat program Jesika (Jemput ASI Seketika). Kebayang kan, gimana terbantunya ibu-ibu pekerja yang harus mengirimkan ASI untuk anak-anaknya di rumah? Ide ini brilian banget sih menurut saya.

Selain itu, JNE juga harus berani membuka layanan yang mendukung pertumbuhan ekonomi digital. Sekarang JNE udah masuk ke bidang permodalan juga nih. Jadi JNE bekerjasama dengan KoinWorks untuk memberikan pinjaman lunak bagi UKM-UKM yang membutuhkan modal. Lumayan banget kan, jadi kalau kamu punya usaha UKM di kota kecil yang butuh bantuan modal, dan sistem logistik yang mumpuni, sekarang semua udah bisa di satu pintu aja.

Salah satu penutup dari FGD ini juga menghadirkan kisah sukses dari Ibu Rimma Bawazier yang memulai usaha konveksi baju muslim sejak dia masih kuliah. Berkat dukungan ibunda tercintanya, ibu Rimma mulai dapat menekuni hobi dan passionnya dari nol. Semua perlu usaha dan ketekunan. Alhamdulillah saat ini beliau sudah sukses nggak cuma sebagai founder Hijabers Community, tetapi juga sukses dengan brand hijabnya Kaimma Malabis yang mulai go international.

Ibu Rimma Bawazier dari Kaimma Malabis

Sungguh acara hari ini sangat berfaedah ya buat saya, dan sepertinya juga buat teman-teman blogger yang lain. Saya jadi semakin bersemangat nih untuk bisa ikut lebih aktif di bidang industri kreatif. Mungkin dengan semakin mengasah skill saya, saya bisa ikut sukses seperti ibu Rimma – walaupun bidangnya berbeda. Salut juga untuk JNE yang semakin mengikuti perkembangan jaman dan ikut maju bersama industri kreatif Indonesia. Yuk, kita jangan mau kalah dong. Mari menjadi manusia-manusia yang lebih kreatif!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *